Senin, 06 April 2009

Komponen Elektronika


KOMPONEN ELEKTRONIKA
KOMPONEN – KOMPONEN ELEKTRONIKA
DIODA
Dioda ialah jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Dioda tabung pertama kali diciptakan oleh seorang ilmuwan dari Inggris yang bernama Sir J.A. Fleming (1849-1945) pada tahun 1904. Struktur dan skema dari dioda dapat dilihat pada gambar 7 di atas. Pada dioda, plate diletakkan dalam posisi mengelilingi katoda sedangkan heater disisipkan di dalam katoda. Elektron pada katoda yang dipanaskan oleh heater akan bergerak dari katoda menuju plate Untuk dapat memahami bagaimana cara kerja dioda kita dapat meninjau 3 situasi sebagi berikut ini yaitu : - Dioda diberi tegangan nol - Dioda diberi tegangan negative - Dioda diberi tegangan positive
Dioda Diberi Tegangan nol
Ketika dioda diberi tengangan nol maka tidak ada medan listrik yang menarik elektron dari katoda. Elektron yang mengalami pemanasan pada katoda hanya mampu melompat sampai pada posisi yang tidak begitu jauh dari katoda dan membentuk muatan ruang ( Space Charge).Tidak mampunya elektron melompat menuju katoda disebabkan karena energi yang diberikan pada elektron melalui pemanasan oleh heater belum cukup untuk menggerakkan elektron menjangkau plate.
Dioda diberi tegangan negative
Ketika dioda diberi tegangan negatif maka potensial negatif yang ada pada plate akan menolak elektron yang sudah membentuk muatan ruang sehingga elektron tersebut tidak akan dapat menjangkau plate sebaliknya akan terdorong kembali ke katoda, sehingga tidak akan ada arus yang mengalir.
Dioda diberi tegangan positive
Ketika dioda diberi tegangan positif maka potensial positif yang ada pada plate akan menarik elektron yang baru saja terlepas dari katoda oleh karena emisi thermionic, pada situasi inilah arus listrik baru akan terjadi. Seberapa besar arus listrik yang akan mengalir tergantung daripada besarnya tegangan positif yang dikenakan pada plate. Semakin besar tegangan plate akan semakin besar pula arus listrik yang akan mengalir. Oleh karena sifat dioda yang seperti ini yaitu hanya dapat mengalirkan arus listrik pada situasi tegangan tertentu saja, maka dioda dapat digunakan sebagai penyearah arus listrik (rectifier). Pada kenyataanya memang dioda banyak digunakan sebagai penyearah tegangan AC menjadi tegangan DC.
Plate Characteristic dari Dioda
Karakteristik yang paling penting dari dioda adalah Plate Characteristic, dimana karakteristik ini memberikan koorelasi antara tegangan pada dioda dengan arus yang mengalir pada dioda. Pada Figure 11 di atas dapat dilihat rangkaian uji (Figure 11.A) untuk mendapatkan karakteristik plate dan contoh karakteristik plate dari dioda(Figure 11.B). Heater voltage diberikan pada filament untuk memanaskan tabung sampai pada temperatur tertentu yaitu T1, dan kemudian tegangan plate Eb diubah mulai dari 0 sampai pada suatu nilai tertentu yang masih dapat ditangani oleh dioda. Arus Ib yang mengalir pada dioda akan naik bersamaan dengan naiknya tegangan pada plate seperti terlihat pada grafik karakteristik plate, akan tetapi ketika menjangkau harga Eb tertentu maka Ib tidak dapat naik lagi dan tetap konstan walaupun Eb dinaikkan terus. Titik dimana Ib tidak dapat naik lagi walaupun Eb terus dinaikkan dinamakan saturation point. Jika tegangan filament dinaikkan sehingga suhu dari dioda menjadi naik (T2) dan percobaan serupa seperti diatas dilakukan lagi, akan didapat arus Ib yang lebih besar pada saturation point. Atas dasar situasi ini dapat disimpulkan bahwa temperatur pada dioda dapat berpengaruh dalam menentukan arus maksimum yang dapat mengalir pada dioda.
Resistansi Dioda
Dari karakteristik plate yang telah kita bahas di atas maka, kita dapat melihat bahwa ada kaitan tertentu antara tegangan dan arus yang mengalir pada dioda, berdasarkan atas kenyataan ini maka kita dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya dioda memiliki resistansi dalam ( internal resistance). Resistansi dalam yang dimiliki oleh dioda adalah tidak sama untuk arus AC maupun DC yang diberikan oleh dioda sehingga dalam kaitan dengan sifat ini maka terdapat dua definisi resistansi internal dioda yaitu DC Plate Resistance dan AC Plate Resistance. DC Plate resistance adalah resistansi dioda yang diukur ketika pada dioda dberikan tegangan DC, sedangkan AC Plate resistance ialah resistansi dioda yang diukur ketika pada dioda diberikan tegangan AC.
Resistor
adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron (muatan negatif).
Resistor disingkat dengan huruf "R" (huruf R besar). Satuan resistor adalah Ohm, yang menemukan adalah George Ohm (1787-1854), seorang ahli fisika bangsa Jerman. Tahanan bagian dalam ini dinamai konduktansi. Satuan konduktansi ditulis dengan kebalikan dari Ohm yaitu mho.
Kemampuan resistor untuk menghambat disebut juga resistensi atau hambatan listrik. Besarnya diekspresikan dalam satuan Ohm. Suatu resistor dikatakan memiliki hambatan 1 Ohm apabila resistor tersebut menjembatani beda tegangan sebesar 1 Volt dan arus listrik yang timbul akibat tegangan tersebut adalah sebesar 1 ampere, atau sama dengan sebanyak 6.241506 × 1018 elektron per detik mengalir menghadap arah yang berlawanan dari arus.
Hubungan antara hambatan, tegangan, dan arus, dapat disimpulkan melalui hukum berikut ini, yang terkenal sebagai [[hukum Ohm:
R=V/I
di mana V adalah beda potensial antara kedua ujung benda penghambat, I adalah besar arus yang melalui benda penghambat, dan R adalah besarnya hambatan benda penghambat tersebut.
Berdasarkan penggunaanya, resistor dapat dibagi:
Resistor Biasa (tetap nilainya), ialah sebuah resistor penghambat gerak arus, yang nilainya tidak dapat berubah, jadi selalu tetap (konstan). Resistor ini biasanya dibuat dari nikelin atau karbon.
Resistor Berubah (variable), ialah sebuah resistor yang nilainya dapat berubah-ubah dengan jalan menggeser atau memutar toggle pada alat tersebut. Sehingga nilai resistor dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jenis ini kita bagi menjadi dua, Potensiometer, rheostat dan Trimpot (Trimmer Potensiometer) yang biasanya menempel pada papan rangkaian (Printed Circuit Board, PCB).
Resistor NTC dan PTS, NTC (Negative Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah kecil bila terkena suhu panas. Sedangkan PTS (Positife Temperature Coefficient), ialah Resistor yang nilainya akan bertambah besar bila temperaturnya menjadi dingin. LDR (Light Dependent Resistor), ialah jenis Resistor yang berubah hambatannya karena pengaruh cahaya. Bila cahaya gelap nilai tahanannya semakin besar, sedangkan cahayanya terang nilainya menjadi semakin kecil.
Gelang Warna pada Resistor
Pada Resistor biasanya memiliki 4 gelang warna, gelang pertama dan kedua menunjukkan angka, gelang ketiga adalah faktor kelipatan, sedangkan gelang ke empat menunjukkan toleransi hambatan. Pertengahan tahun 2006, perkembangan pada komponen Resistor terjadi pada jumlah gelang warna. Dengan komposisi: Gelang Pertama (Angka Pertama), Gelang Kedua (Angka Kedua), Gelang Ketiga (Angka Ketiga), Gelang Keempat (Multiplier) dan Gelang Kelima (Toleransi).
Berikut Gelang warna dimulai dari warna Hitam, Coklat, Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Ungu (violet), Abu-abu dan Putih.
Sedangkan untuk gelang toleransi hambatan adalah: Coklat 1%, Merah 2%, Hijau 0,5%, Biru 0,25%, Ungu 0,1%, Emas 5% dan Perak 10%. Kebanyakan gelang toleransi yang dipakai oleh umum adalah warna Emas, Perak dan Coklat.
WarnaGelang PertamaGelang KeduaGelang Ketiga (multiplier)Gelang ke Empat (toleransi)Temp. Koefisien

KAPASITOR
Kapasitor adalah komponen elektronika yang dapat menyimpan muatan listrik. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutup negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutup positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini "tersimpan" selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan Kapasitansi
Kapasitansi didefenisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1 coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs. Dengan rumus dapat ditulis :
Q = CV …………….(1)
Q = muatan elektron dalam C (coulombs)
C = nilai kapasitansi dalam F (farads)
V = besar tegangan dalam V (volt)
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumusan dapat ditulis sebagai berikut :
C = (8.85 x 10-12) (k A/t) ...(2)
Untuk rangkain elektronik praktis, satuan farads adalah sangat besar sekali. Umumnya kapasitor yang ada di pasar memiliki satuan uF (10-6 F), nF (10-9 F) dan pF (10-12 F). Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran sebuah kapasitor. Misalnya 0.047uF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh lain 0.1nF sama dengan 100pF.
Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya. Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic, electrolytic dan electrochemical.
Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang popular serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia dari besaran pF sampai beberapa uF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian yang berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film adalah bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene terephthalate atau dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate, metalized paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini adalah non-polar.
Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Mengapa kapasitor ini dapat memiliki polaritas, adalah karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa sehingga terbentuk kutup positif anoda dan kutup negatif katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, aluminium, magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan emas. Elektroda metal yang dicelup kedalam larutan electrolit (sodium borate) lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif (katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidai permukaan plat metal. Contohnya, jika digunakan Aluminium, maka akan terbentuk lapisan
Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida dan electrolyte(katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida sebagai dielektrik. Dari rumus (2) diketahui besar kapasitansi berbanding terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak digunakan adalah aluminium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah adalah Aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor Tantalum ada yang cair tetapi ada juga yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat, maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor Tantalum menjadi relatif mahal.
Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk kapasitor jenis ini adalah batere dan accu. Pada kenyataanya batere dan accu adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil dan ringan, misalnya untuk applikasi mobil elektrik dan telepon selular.
Membaca Kapasitansi
Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya sebesar 22uF/25v.
Kapasitor yang ukuran fisiknya mungil dan kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua) atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka satuannya adalah pF (pico farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF.
Jika ada 3 digit, angka pertama dan kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali. Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3 = 1.000, 4 = 10.000 dan seterusnya. Misalnya pada kapasitor keramik tertulis 104, maka kapasitansinya adalah 10 x 10.000 = 100.000pF atau = 100nF. Contoh lain misalnya tertulis 222, artinya kapasitansi kapasitor tersebut adalah 22 x 100 = 2200 pF = 2.2 nF.
Selain dari kapasitansi ada beberapa karakteristik penting lainnya yang perlu diperhatikan. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat didalam datasheet. Berikut ini adalah beberapa spesifikasi penting tersebut.
Tegangan Kerja (working voltage)
Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Para elektro- mania barangkali pernah mengalami kapasitor yang meledak karena kelebihan tegangan. Misalnya kapasitor 10uF 25V, maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC.

INDUKTOR
Secara fisik, induktor adalah berupa lilitan dari kawat penghantar (yang memiliki isolasi), baik berinti besi atau udara. Induktor memiliki dua bentuk yaitu belitan dengan inti yang lurus (dikenal dengan solenoid) dan belitan dengan inti melingkar (dikenal sebagai toroid). Gambar berikut adalah penjelasan tentang induktor (solenoid).
Garis-garis warna biru adalah merupakan garis gaya medan magnet. Dari gambar dapat dilihat bahwa garis gaya medan magnet paling banyak (kuat) terdapat di tengah solenoid. Di luar itu, garis gaya magnetnya adalah lemah. Untuk menghitung besarnya induktansi solenoid, maka dapat menggunakan persamaan berikut:
dengan L adalah nilai induktasi (satuan Henry), µ adalah nilai permeabilitas inti, N adalah banyaknya belitan, A adalah luas dari penampang melintang induktor (meter persegi), sedangkan l adalah panjang toroid (meter).
PENJELASAN TOROID
Untuk menghitung besarnya induktansi toroid, maka dapat menggunakan persamaan berikut
dengan L adalah nilai induktasi (satuan Henry), µ adalah nilai permeabilitas inti, N adalah banyaknya belitan, A adalah luas dari penampang melintang induktor (meter persegi), sedangkan r adalah jari-jari toroid (meter).

RANGKAIAN R-L
Hambatan seri R dan XL dihubungkan dg teg. bolak-balik V.
Hukum Ohm I :
VR = beda potensial antara ujung2 R
VL = beda potensial antara ujung2 XL
Besar tegangan total V ditulis secara vektor :
Hambatan R dan XL juga dijumlahkan secara vektor :
Z = impedansi (Ohm)
Kuat arus yg mengalir pada rangkaian ini adalah

RANGAKAIAN R-C
Hambatan seri R dan XC dihubungkan dg teg. bolak-balik V.
Hukum Ohm I :
VR = beda potensial antara ujung2 R
VC = beda potensial antara ujung2 XC
Besar tegangan total V ditulis secara vektor :
Hambatan R dan XC juga dijumlahkan secara vektor :
Z = impedansi (Ohm)
Kuat arus yg mengalir pada rangkaian ini adalah :

RANGKAIAN R-C-L
Hambatan seri R, XL dan XC dihubungkan dg teg. bolak-balik V.
Hukum Ohm I :
VR = beda potensial antara ujung2 R
VC = beda potensial antara ujung2 XC
VL = beda potensial antara ujung2 XL
Besar tegangan total V ditulis secara vektor :
Hambatan R, XL dan XC juga dijumlahkan secara vektor :
Z = impedansi (Ohm)

Minggu, 05 April 2009

Transistor bipolar & Transistor unipolar

TRANSISTOR BIPOLAR DAN UNIPOLAR
1.Transistor Bipolar(Bipolar Junction Transistor /BJT)
Adalah suatu komponen aktif yang dibuat dari bahan semi konduktor dan memiliki dua sambungan kutub.
Transistor Junction mempunyai dua macam pembawa muatan yaitu elektron bebas pada daerah N dan hole(arus) pada daerah P,oleh karena itu transistor junction disebut juga transistor dua kutub(Bipolar)

MACAM –MACAM TRANSISTOR BIPOLAR
1.PNP (colector mendapat kutub negatif,emitor mendapat kutub positif)
2.NPN(colector mendapat kutub negatif,emitor mendapat kutub positif)
Tansistor NPN mempunyai dua junction yaitu junction antara emitor dan basis serta junction antara basis dan colector (junction adalah persentuhan antara kedua jenis). Oleh karena itu transistor bersifat seperti 2 dioda yang terminal positif / negatif berdempet,sehingga ada 3 terminal yaitu: emitor (E),Colector(C), basis(B).
Sdangkan transistor PNP adalah kebalikan dari NPN khususnya untuk karakteristik arus dan tegangannya.
Dalam BJT arus listrik utama harus melewayi satu daerah / lapisan pembatas yang disebut ‘Depletion Zone’, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dg tujuan untuk mengatur aliran arus utama terssebut.
Daerah kerja transistor yaitu:
1.Daerah kerja Cut Off
2.Daerah kerja Saturasi
3.Daerah kerja Aktif

TRANSISTOR UNIPOLAR (FET/ FIELD EFFECT TRANSISTOR)
Adalah transistor yang mempunyai satu sambungan kutub
Transistor unipolar dibagi menjadi dua yaitu:
JFET(Junction Field Effect Transistor)
Memiliki kanal P dan N, fungsinya membuat N-channel JFET menjadi sebuah versi solid state dari tabung vakum yang juga membentuk sebuah dioda grid dan katode. Keduanya bekerja di “depletion mode” dan juga memiliki impedansi input tinggi dan menghantarkan arus listrik dibawah kontrol tegangan input.
IGFET (Insulated Gate FET) atau juga dikenal sebagai MOSFET (Metal Oxide Silicon/ Semikonduktor FET)
IGTFET berbeda dg terminal gate,dalam JFET terminal gate membentuk sebuah dioda dg kanal.
FET lebih jauh lagi dibagi menjadi tipe enhancement dan depletion mode menandakan polaritas dan tegangan gate dibanding dg source saat FET menghantarkan listrik. Untuk kedua mode, jika tegangan gate dibuat lebih positif, aliran arus antara source dan drain akan meningkat.Sebagian besar IGFET adalah tipe enhancement mode, dan hampir semua JFET adalah tipe depletion mode.

CARA KERJA FET
Dalam FET arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dg depletion zone dikedua sisinya (dibanding dg transistor bipolar dimana daerah basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat dirubah dg perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut.

TRANSISTOR SEBAGAI SAKLAR
Transistor yang digunakan sbg saklar harus dalam dua kondisi yaitu:
1.Keadaan jenuh (Saturasi)
NPN akan saturasi apabila tegangan pd kaki basis lebih positif daripada kaki emitor dan arus mengalir dari colector ke emitor
PNP akan saturasi apabila tegangan pd kaki basis lebih negatif daripada kaki emitor dan arus mengalir dari emitor ke colector.
2.Keadaan Cut Off (Sumbat)
NPN akan cut off apabila tegangan pada basis lebih negatif dari pada kaki emitor dan arus tidak mengalir dari kolektor ke emitor
PNP akan cut off apabila tegangan pada basis lebih positif dari pada kaki emitor dan arus tidak mengalir dari emitor kekolektor.

Kamis, 29 Januari 2009

Fungsi-fungsi IC Digital

Fungsi-fungsi IC Digital

1. Full Adder

Full adder adalah penjumlah yang menyertakan bawaan sebelumnya pada inputnya. Rangkaian full adder 1-bit dan simbolnya ditunjukkan pada gambar berikut ini:




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

2

Fungsi-fungsi IC Digital

Full Adder Paralel





(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

3

Fungsi-fungsi IC Digital

IC Full Adder Paralel

Full adder parallel 4-bit dalam bentuk IC disediakan oleh seri 7483 dan 74283. Spesifikasi pin kedua IC tersbut ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut ini.


Tugas: Susun full adder paralel 8-bit dari 2 buah IC 74283! Lakukan pengujian dengan DSCH2!




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

4

Fungsi-fungsi IC Digital


2. Multiplexer

Multiplexer merupakan rangkaian logika yang berfungsi memilih data yang ada pada inputnya untuk disalurkan ke outputnya dengan bantuan sinyal pemilih atau sinyal kontrol. Kata multiplexer sering dikemukakan dalam bentuk singkatannya yakni MUX. Multiplexer disebut juga sebagai pemilih data (data selector). IC TTL yang menyediakan fungsi multiplexer terdiri atas berbagai seri seperti 74151 dan 74153.




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

5

Fungsi-fungsi IC Digital



Perhatikan bahwa pada kedua IC multiplexer tersebut terdapat pin STROBE yang berfungsi mengaktifkan piranti tersebut. Oleh karena jenisnya active-low, maka untuk mengaktifkan multiplexer pin STROBE diberi sinyal rendah atau 0.

IC MUX:




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

6

Fungsi-fungsi IC Digital



MUX pada dasarnya adalah rangkaian AND-OR, sehingga dapat digunakan sebagai pembangkit fungsi. Lihat buku Rangkaian Digital oleh Muchlas (2005) untuk dapat membangun fungsi dengan MUX.

Tugas: Susun fungsi Y=AB(not C)+(not A)BC+B(not C) menggunakan MUX 8 ke 1!

Pembangkit Fungsi Dengan MUX:




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

7

Fungsi-fungsi IC Digital


3. Demultiplexer

Demultiplexer merupakan rangkaian logika yang berfungsi menyalurkan data yang ada pada inputnya ke salah satu dari beberapa outputnya dengan bantuan sinyal pemilih atau sinyal kontrol. Dalam penyebutannya, demultiplexer sering dikemukakan dalam bentuk singkatannya saja yakni DEMUX. Demultiplexer disebut juga sebagai penyalur data (data distributor), dan fungsinya merupakan kebalikan dari fungsi multiplexer. Penjelasan lebih lengkap lihat buku Rangkaian Digital oleh Muchlas (2005).




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

8

Fungsi-fungsi IC Digital


4. Encoder

Encoder merupakan rangkaian logika yang berfungsi mengubah data yang ada pada inputnya menjadi kode-kode biner pada outputnya. Contoh encoder oktal ke biner atau disebut juga encoder 8 ke 3, berfungsi mengubah data bilangan oktal pada inputnya menjadi kode biner 3-bit pada outputnya. Penjelasan lebih lengkap lihat buku Rangkaian Digital oleh Muchlas (2005).




(C)2005 Muchlas, Elektronika Komputer Digital

9

Fungsi-fungsi IC Digital


5. Decoder

Decoder merupakan rangkaian yang berfungsi mengkode kembali (menafsirkan) kode pada inputnya menjadi data pada outputnya. Decoder pada dasarnya merupakan kumpulan gerbang AND sehingga dapat digunakan sebagai pembangkit fungsi. Penjelasan lebih lengkap lihat buku Rangkaian Digital oleh Muchlas (2005).

Tugas: Susun rangkaian

Y=ABC+AB(not C)+A(notB)

Menggunakan decoder dan sebuah gerbang OR.

Rangkaian kombinasi



Aritmatika Biner
&
Rangkaian Kombinasi
(Adder, Subtractor)

By Muzakki


Penjumlahan

Aturan dasar penjumlahan pada sistem bilangan biner :

0 + 0 = 0

0 + 1 = 1

1 + 0 = 1

1 + 1 = 0, simpan (carry) 1


1

6

1

1

Jumlah

1

1

Simpan (carry)

3

8

2

3

8

3

100

(1)

101

(10)

102

(100)

103

(1000)

Penjumlahan Desimal

0

1

0

1

21

2

1

1

0

0

22

4

0

0

1

1

Jumlah

1

1

Simpan (carry)

1

1

1

1

1

1

20 1

23

8

24

16

25

32

Penjumlahan Biner


Bit Bertanda

Bit 0 menyatakan bilangan positif

Bit 1 menyatakan bilangan negatif

= + 52

0

0

1

0

1

1

0

A0

A1

A2

A3

A4

A5

A6

= - 52

0

0

1

0

1

1

1

B0

B1

B2

B3

B4

B5

B6

Bit Tanda

Bit Tanda

Magnitude

Magnitude


Metode untuk menyatakan bit bertanda digunakan sistem komplement kedua (2’s complement form)

Komplemen ke 2

Komplemen ke 1

Biner 0 diubah menjadi 1

Biner 1 diubah menjadi 0

1

0

1

0

0

1

0

0

1

0

1

1

0

1

Misal

Biner Awal

Komplemen pertama


Membuat Komplemen ke 2

  • Ubah bit awal menjadi komplemen pertama
  • Tambahkan 1 pada bit terakhir (LSB)

1

1

0

0

1

0

1

0

1

0

0

1

0

1

0

1

1

0

1

Misal

Biner Awal = 45

Komplemen 1

Tambah 1 pada LSB

Komplemen 2


Menyatakan Bilangan Bertanda dengan Komplemen ke 2

  • Apabila bilangannya positif, magnitude dinyatakan dengan biner aslinya dan bit tanda (0) diletakkan di depan MSB.
  • Apabila bilangannya negatif, magnitude dinyatakan dalam bentuk komplemen ke 2 dan bit tanda (1) diletakkan di depan MSB

1

Biner = + 45

0

1

1

0

1

0

1

Biner = - 45

1

0

0

1

0

1

Bit Tanda

Bit Tanda

Biner asli

Komplemen ke 2


Negasi

Operasi mengubah sebuah bilangan negatif menjadi bilangan positif ekuivalennya, atau mengubah bilangan positif menadi bilangan negatif ekuivalennya.

Hal tersebut dilakukan dengan meng-komplemenkan ke 2 dari biner yang dikehendaki

Misal : negasi dari + 9 adalah – 9

    + 9 = 01001 Biner awal

    - 9 = 10111 Negasi (Komplemen ke 2)

    + 9 = 01001 Di negasi lagi


Dua bilangan positif

Dilakukan secara langsung. Misal penjumlahan +9 dan +4

Penjumlahan di Sistem Komplemen ke 2

1

0

1

1

0

0

0

1

0

0


+4

1

0

0

1

0


+9

Bit tanda ikut dalam operasi penjumlahan


Bilangan positif dan sebuah bilangan negatif yang lebih kecil

Misal penjumlahan +9 dan -4. Bilangan -4 diperoleh dari komplemen ke dua dari +4

1

0

1

0

0

0

0

1

1

1


-4

1

0

0

1

0


+9

1

Carry diabaikan, hasilnya adalah 00101 ( = +5)


Bilangan positif dan sebuah bilangan negatif yang lebih Besar

Misal penjumlahan -9 dan +4. Bilangan -9 diperoleh dari komplemen ke dua dari +9

1

1

0

1

1

0

0

1

0

0


+4

1

1

1

0

1


-9

Bit tanda ikut dalam operasi penjumlahan


Dua Bilangan Negatif

Misal penjumlahan -9 dan -4. Bilangan -9 dan - 4 masing – masing diperoleh dari komplemen ke dua dari +9 dan -4

1

1

0

0

1

0

0

1

1

1


-4

1

1

1

0

1


-9

Bit tanda ikut dalam operasi penjumlahan

1

Carry diabaikan


Operasi Pengurangan

Aturan Umum

0 – 0 = 0

1 – 0 = 1

1 – 1 = 0

0 – 1 =1 , pinjam 1

Hasil

1

1

0

0

Pinjam

1

1

1

1

0

1

0

1

1

1

Misal


Operasi Pengurangan

Operasi pengurangan melibatkan komplemen ke 2 pada dasarnya melibatkan operasi penjumlahan tidak berbeda dengan contoh – contoh operasi penjumlahan sebelumnya.

Prosedur pengurangan

    • Negasikan pengurang.
    • Tambahkan pada yang dikurangi
    • Hasil penjumlahan merupakan selisih antara pengurang dan yang dikurangi

Misal : +9 dikurangi +4

+9 01001

+4 00100 -

Operasi tersebut akan memberikan hasil yang sama dengan operasi

+9 01001

-4 11100 +

1

0

1

0

0

0

0

1

1

1


-4

1

0

0

1

0


+9

1

Carry diabaikan, hasilnya adalah 00101 ( = +5)


99

1

1

0

0

0

1

1

1

0

0

1

0

0

0

0

1

0

0

1

1

0

0

1

11

1

1

0

1

9

1

0

0

1

Perkalian Biner

Perkalian biner dilakukan sebagaimana perkalian desimal


Rangkaian Kombinasi

Rangkaian kombinasi terdiri dari gerbang – gerbang logika dimana keluaran (output) pada waktu t dtk ditentukan secara langsung oleh kombinasi masukannya (input) juga pada waktu t dtk, tanpa memperhatikan masukan sebelumnya (t-1) dtk.


Adder (penjumlah)

Half Adder

Half Adder adalah rangkaian logika yang keluarannya merupakan jumlahan dari 2 bit. Input terdiri dari input X dan Y, dan keluarannya berupa S (jumlahan) dan C (Carry).

Tabel Kebenarannya :

0

1

1

1

1

0

0

1

1

0

1

0

0

0

0

0

S

C

Y

X


0

1

1

1

0

0

1

0

X

Y

1

0

1

0

0

0

1

0

X

Y

Notasi Boolean :

S = x’y + xy’

C = xy


Full Adder

Rangkaian Full Adder merupakan rangkaian kombinasi yang membentuk penjumlahan aritmatika dari 3 bit input. Terdiri dari 3 bit input ( x, y, z) dan 2 bit output ( S dan C). X dan Y menyatakan dua bit yang akan dijumlahkan dan z menyatakan carry dari keadaan sebelumnya.

Tabel Kebenaran

1

1

1

1

1

0

1

0

1

1

0

1

1

0

1

1

0

0

0

1

0

1

1

1

0

1

0

0

1

0

1

0

1

0

0

0

0

0

0

0

S

C

Z

Y

X


1

1

1

1

1

0

10

11

01

00

yz

x

1

1

1

1

1

0

10

11

01

00

yz

x

S = x’y’z + x’yz’ + xy’z’ + xyz

C = xy + xz + yz


Pengurang (Subtractor)

Half Subtractor

Merupakan rangkaian kombinasi yang digunakan untuk mendapatkan selisih dari dua bit input (masukkannya). Input terdiri dari x dan y, an keluaran terdiri dari B (Borrow) dan D (Difference).

Tabel Kebenaran

0

0

1

1

1

0

0

1

1

1

1

0

0

0

0

0

D

B

Y

X

D = x’y + xy’ B = x’y

Tampak notasi boolean untuk D mempunyai notasi yang sama dengan notasi bolean S


Full Subtractor

Merupakan rangkaian kombinasi yang membentuk pengurangan antara 2 bit dengan memperhitungkan 1 yang dipinjam dari posisi sebelumnya. Rangkaian Full Subtractor memiliki 3 input (x,y,z) dan dua output (B dan D).

Tabel Kebenaran dari Full Subtractor

1

1

1

1

1

0

0

0

1

1

0

0

1

0

1

1

0

0

0

1

0

1

1

1

0

1

1

0

1

0

1

1

1

0

0

0

0

0

0

0

D

B

Z

Y

X

D = x’y’z + x’yz’ +xy’z’ + xyz

B = x’y + x’z + yz



peta karnaugh

Map KarnaughPeta Karnaugh

Digunakan untuk menyederhanakan persamaan keluaran yang merupakan fungsi dari gerbang logika.

Peta Karnaugh berisi semua kemungkinan kombinasi dari sistem logika yang dirangkai dalam bentuk tabel






Langkah – langkah penyederhanan Map Karnaugh

  • Isi tabel kebenaran dengan fungsi Sum of Product (SOP). SOP langkahnya :
    • Keluaran yang bernilai 1 dari tabel kebenaran ditulis dalam bentuk gungsi gerbang AND
    • Bila masukan 0 (misal A) maka ditulis A’ dan bila masukan 1 (misal A) maka cukup ditulis A.
    • Fungsi keluaran merupakan penjumlahan dari suku suku fungsi gerbang AND
    • Secara matematis di tulis F (A,B,C) = m(1,2,…). M1 ,m2 … merupakan posisi suku yang dimaksud. M4 berarti posisi perkalian pada posisi 100.





Misal :

A.B.C

1

1

1

1

A.B.C’

1

0

1

1

A.B’.C

1

1

0

1

0

0

0

1

A’.B.C

1

1

1

0

0

0

1

0

0

1

0

0

0

0

0

0

SOP

YOUTPUT

C

B

A






  • Fungsi keluaran SOP di isikan ke sel yang sesuai dengan K - Map

1

1

1

0

1

0

1

0

0

0

10

11

01

00

AB

C

  • Lingkari sel – sel yang berdekatan dalam group 2, 4 , 8 sel . Semakin besar group yang dapat dilingkari semakin sederhana fungsi keluaran yang dihasilkan

f(A,B,C) = (3,6,7,5)

  • Lakukan operasi OR (penjumlahan) untuk semua Loop.





1

1

1

0

1

0

1

0

0

0

10

11

01

00

AB

C

Mana yang akan di buat loop ( dilingkari) ?






Looping digunakan untuk penyederhananaa, dengan konsep Pair (berpasangan), quad ( berempat) dan oktet (delapan) :

  • Perhatikan 1 yang tidak mempunyai tetangga (isolated 1) dan beri loop tunggal
  • Perhatikan dan beri loop pair pada 1 yang hanya bertetangga dengan satu biner 1
  • Buat loop pair lainnya jika masih ada yang belum kena loop
  • Loop quad jika ada, walaupun ada 1 di dalamnya yang sudah di loop
  • Loop oktet jika ada, walaupun ada 1 di dalamnya yang sudah di loop


Langkah – Lagkah Looping






Beberapa kemungkinan looping

0

1

1

0

1

0

1

0

A

B

2 Variabel

0

0

1

1

1

0

1

0

A

B

1

1

1

0

0

0

1

0

A

B

1

0

1

1

0

0

1

0

A

B






0

1

1

1

1

0

1

0

A

B

0

0

1

1

0

0

1

0

A

B






1

0

10

11

01

00

AB

C

3 Variabel

10

11

01

00

1

0

BC

A

Bentuk Tabel :






Kemungkinan Looping

0

0

0

0

1

1

1

1

1

0

10

11

01

00

AB

C

1

1

1

1

1

0

0

0

0

0

10

11

01

00

AB

C

0

0

1

1

1

0

0

1

1

0

10

11

01

00

AB

C

1

1

0

0

1

1

1

0

0

0

10

11

01

00

AB

C






0

1

1

0

1

0

1

1

0

0

10

11

01

00

AB

C

1

0

0

1

1

1

0

0

1

0

10

11

01

00

AB

C

0

1

1

0

1

0

1

1

1

0

10

11

01

00

AB

C






4 Variabel

0

0

0

0

10

0

0

0

0

11

0

0

0

0

01

1

1

1

1

00

10

11

01

00

AB

CD

0

0

1

0

10

0

0

1

0

11

0

0

1

0

01

0

0

1

0

00

10

11

01

00

AB

CD

0

0

0

0

10

0

1

1

0

11

0

1

1

0

01

0

0

0

0

00

10

11

01

00

AB

CD

0

0

1

1

10

0

1

0

0

11

0

1

0

0

01

0

0

1

1

00

10

11

01

00

AB

CD






0

0

0

0

10

1

0

0

1

11

1

0

0

1

01

0

0

0

0

00

10

11

01

00

AB

CD

1

0

0

1

10

0

0

0

0

11

0

0

0

0

01

1

0

0

1

00

10

11

01

00

AB

CD






A.B.C

1

1

1

1

A.B.C’

1

0

1

1

A.B’.C

1

1

0

1

0

0

0

1

A’.B.C

1

1

1

0

0

0

1

0

0

1

0

0

0

0

0

0

SOP

YOUTPUT

C

B

A






1

1

1

0

1

0

1

0

0

0

10

11

01

00

AB

C

Y = A.B.C’ + A.B.C + A’.B.C + A.B.C + A.B’.C






Thank